Setiap jamaah yang berangkat ke Tanah Suci membawa harapan yang sama: semoga ibadah haji atau umroh yang dilaksanakan menjadi mabrur dan maqbul. Namun, mabrur bukanlah sebuah “cap” yang otomatis didapatkan setelah pulang. Ia adalah sebuah proses transformasi yang buahnya dapat kita lihat dan rasakan.
Lalu, bagaimana cara kita mengetahui apakah ibadah kita diterima oleh Allah SWT? Panduan ini kami susun untuk membantu Anda merefleksikan dan mengenali tanda-tanda diterimanya ibadah Anda, berdasarkan pandangan para ulama.
Apa Arti Haji Mabrur Sebenarnya?
Secara sederhana, Mabrur berasal dari kata al-birr yang berarti kebaikan. Haji Mabrur adalah haji yang diterima oleh Allah SWT karena dilaksanakan dengan sempurna, yang kemudian melahirkan kebaikan dan perubahan positif dalam diri pelakunya. Serupa dengan itu, Umrah Maqbul berarti umroh yang diterima. Rasulullah SAW bersabda, “…dan haji mabrur tidak ada balasan baginya selain surga.” (HR. An-Nasa’i).
3 Syarat Utama Diterimanya Ibadah
Sebelum melihat tanda-tandanya setelah pulang, para ulama menetapkan setidaknya ada tiga syarat fundamental agar sebuah ibadah dapat diterima. Jika salah satunya tidak terpenuhi, maka ibadah tersebut berisiko ditolak (mardud).
- Hati yang Ikhlas: Ibadah dilaksanakan murni karena Allah SWT, bukan karena ingin dipuji, pamer, atau tujuan duniawi lainnya.
- Ilmu yang Benar: Ibadah dilaksanakan sesuai dengan tuntunan syariat. Anda harus memahami tata cara, syarat, rukun, dan wajib ibadah yang benar, sebagaimana yang diajarkan oleh Rasulullah SAW.
- Harta yang Halal: Biaya yang digunakan untuk perjalanan dan pelaksanaan ibadah harus berasal dari sumber yang halal dan baik.
6 Tanda-Tanda Haji Mabrur yang Bisa Anda Rasakan
Tanda-tanda mabrur lebih terlihat pada dampak ibadah tersebut terhadap akhlak dan keimanan seseorang setelah ia kembali ke kehidupannya sehari-hari. Berikut adalah enam indikator utamanya:
- Akhlak Menjadi Semakin Baik Tanda yang paling mudah terlihat adalah adanya perubahan perilaku ke arah yang lebih positif. Seseorang menjadi lebih sabar, tutur katanya lebih terjaga, dan lebih peduli terhadap orang lain.
- Semangat Beribadah Meningkat Pulang dari Tanah Suci justru menjadi titik awal untuk lebih giat beribadah. Shalat menjadi lebih khusyuk, tilawah Al-Qur’an lebih rutin, dan semangat untuk menambah amalan sunnah semakin membara. Ini adalah buah dari menata hati selama manasik.
- Menjadi Lebih Dermawan Pengalaman di Tanah Suci mengajarkan tentang kepedulian dan persaudaraan. Tanda mabrur adalah ketika seseorang menjadi lebih ringan tangan untuk bersedekah dan membantu sesama yang membutuhkan.
- Istiqomah dalam Kebaikan Perubahan baik yang terjadi bukanlah semangat sesaat, melainkan sebuah komitmen jangka panjang (istiqomah). Ada upaya terus-menerus untuk menjaga dan meningkatkan kualitas diri demi meraih ridha Allah SWT.
- Mempererat Tali Silaturahmi Ibadah haji adalah miniatur persatuan umat. Salah satu tandanya adalah seseorang menjadi lebih bersemangat dalam menjaga hubungan baik dengan keluarga, kerabat, dan tetangga.
- Hubungan dengan Allah Semakin Dekat Ini adalah inti dari semua tanda. Seseorang menjadi lebih taat dalam menjalankan segala perintah Allah dan bersungguh-sungguh dalam menjauhi segala larangan-Nya.
Kesimpulan: Mabrur Bukanlah Akhir, Melainkan Awal dari Perjalanan Spiritual
Meraih predikat mabrur adalah doa dan harapan setiap jemaah. Namun, yang terpenting adalah menjaga semangat dan buah dari ibadah tersebut agar terus tumbuh dalam kehidupan kita. Tanda-tanda di atas adalah cermin bagi kita untuk terus berintrospeksi dan berusaha menjadi pribadi yang lebih baik.
Semoga Allah SWT menerima ibadah kita semua dan memudahkan kita untuk menjaga kemabrurannya. Jangan lupa untuk berbagi kebahagiaan dengan orang-orang terdekat dengan memanjatkan doa untuk tamu yang datang setelah pulang haji/umroh.