Sejarah Ka’bah: Panduan Lengkap dari Era Nabi Adam hingga Rasulullah SAW

Di jantung kota Makkah, berdiri sebuah bangunan kubus sederhana yang menjadi pusat spiritual bagi miliaran umat Islam: Ka’bah. Ia adalah kiblat dalam shalat dan titik tumpu dalam ibadah haji. Namun, jauh sebelum menjadi seperti yang kita kenal sekarang, Baitullah (Rumah Allah) ini telah melalui perjalanan sejarah yang sangat panjang dan agung.

Memahami sejarahnya akan memperkaya makna setiap ibadah yang Anda lakukan di hadapannya. Mari kita telusuri jejak sejarah Ka’bah dari masa ke masa.

Fondasi Pertama di Masa Nabi Adam AS

Para ulama dan ahli sejarah Islam meyakini bahwa fondasi Baitullah pertama kali diletakkan di bumi oleh manusia pertama, Nabi Adam AS. Sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an (QS. Ali Imran: 96), rumah ibadah pertama yang dibangun untuk manusia adalah yang berada di Bakkah (Makkah). Ini menandakan bahwa sejak awal peradaban, Allah SWT telah menetapkan satu titik di bumi sebagai pusat untuk mengesakan-Nya.

Pembangunan Kembali oleh Nabi Ibrahim dan Ismail AS

Setelah ribuan tahun berlalu dan bangunan awal telah lenyap, Allah SWT memerintahkan kekasih-Nya, Nabi Ibrahim AS, bersama putranya, Nabi Ismail AS, untuk meninggikan kembali fondasi Ka’bah. Peristiwa monumental ini diabadikan dalam Al-Qur’an.

Dalam proses pembangunan inilah beberapa situs suci yang kita kenal sekarang lahir:

  • Maqam Ibrahim: Batu tempat Nabi Ibrahim berpijak yang secara ajaib menjadi lunak dan menyimpan jejak kakinya.
  • Hajar Aswad: Batu dari surga yang diletakkan oleh Nabi Ibrahim di salah satu sudut Ka’bah sebagai penanda titik awal thawaf.

Ka’bah di Masa Jahiliyah dan Renovasi oleh Suku Quraisy

Seiring waktu, ajaran tauhid Nabi Ibrahim memudar dan masyarakat Arab jatuh ke dalam paganisme. Ka’bah yang suci diisi dengan ratusan berhala, meskipun posisinya sebagai bangunan sentral tetap dihormati.

Beberapa tahun sebelum kenabian Muhammad SAW, terjadi banjir bandang yang merusak dinding Ka’bah. Kaum Quraisy pun bersepakat untuk merenovasinya dengan satu syarat: hanya menggunakan dana yang halal. Dua peristiwa penting lahir dari renovasi ini:

  1. Terbentuknya Hijr Ismail: Karena kekurangan dana halal, kaum Quraisy tidak mampu membangun Ka’bah sesuai ukuran fondasi asli Nabi Ibrahim. Mereka pun menandai sisa fondasi tersebut dengan dinding rendah, yang kini dikenal sebagai Hijr Ismail.
  2. Kearifan Sang Calon Nabi: Saat pembangunan selesai, terjadi sengketa antar kabilah mengenai siapa yang berhak meletakkan kembali Hajar Aswad. Muhammad muda, yang saat itu belum menjadi Rasul, ditunjuk sebagai penengah. Dengan kebijaksanaannya, beliau meletakkan batu tersebut di atas sehelai kain dan meminta setiap kepala kabilah memegang ujungnya untuk diangkat bersama.

Pemurnian Ka’bah oleh Rasulullah SAW (Fathu Makkah)

Puncak dari sejarah Ka’bah terjadi pada peristiwa Fathu Makkah (Pembebasan Kota Makkah) pada tahun 8 Hijriah. Rasulullah SAW beserta kaum muslimin memasuki Makkah tanpa pertumpahan darah.

Salah satu tindakan pertama yang Beliau lakukan adalah memurnikan kembali Ka’bah. Dengan tongkat di tangannya, Rasulullah SAW menghancurkan 360 berhala yang ada di dalam dan sekitar Ka’bah seraya membacakan ayat Al-Qur’an. Sejak saat itu, Ka’bah kembali pada fungsi aslinya sebagai simbol tauhid murni, rumah ibadah yang didedikasikan hanya untuk Allah SWT.

Kesimpulan: Ka’bah Sebagai Simbol Tauhid Abadi

Perjalanan sejarah Ka’bah adalah cerminan dari perjalanan akidah manusia. Ia dibangun di atas fondasi tauhid, sempat dinodai oleh kemusyrikan, dan akhirnya disucikan kembali oleh utusan terakhir. Bagi Anda yang akan beribadah di hadapannya, ingatlah bahwa setiap jengkalnya menyimpan kisah agung tentang ketaatan dan perjuangan untuk mengesakan Allah.

Untuk panduan ibadah lainnya, silakan jelajahi koleksi artikel di blog kami

Share:
Perencanaan & Persiapan
Panduan Umroh
Panduan Haji
Ziarah