Saat Anda berada di pelataran suci Ka’bah, pandangan Anda pasti akan tertuju pada sebuah bangunan kecil berkubah emas yang berdiri anggun beberapa meter di depannya. Inilah Maqam Ibrahim. Namun, penting untuk dipahami, Maqam Ibrahim bukanlah kuburan (makam), melainkan sebuah monumen agung yang menyimpan jejak kaki Nabi Ibrahim AS.
Memahami sejarah, keutamaan, serta amalan dan adab yang benar di Maqam Ibrahim adalah bagian penting dari perjalanan spiritual Anda. Panduan ini kami susun untuk Anda agar dapat memuliakannya sesuai dengan tuntunan syariat.
Meluruskan Kesalahpahaman: Maqam Bukanlah Makam
Arti Sebenarnya dari “Maqam”
Kesalahan paling umum di kalangan jemaah adalah menyamakan kata “Maqam” dengan “makam”. Dalam bahasa Arab, Maqam (مقام) berarti “tempat berdiri” atau “pijakan”. Ini adalah stasiun, tempat di mana Nabi Ibrahim AS berdiri. Sementara itu, makam (مقبرة) berarti “kuburan”. Keduanya adalah kata yang sangat berbeda.
Apa Isi di Dalamnya?
Di dalam bangunan kristal tersebut, terdapat sebuah bongkahan batu yang di atasnya terukir dengan jelas bekas dua telapak kaki Nabi Ibrahim AS. Ini adalah sebuah mukjizat dari Allah SWT yang terjaga hingga hari ini sebagai bukti sejarah pembangunan Ka’bah.
Sejarah dan Keutamaan Maqam Ibrahim dalam Al-Qur’an & Hadits
Batu Pijakan Ajaib Saat Membangun Ka’bah
Dalam riwayat disebutkan, saat Nabi Ibrahim AS dan putranya, Nabi Ismail AS, meninggikan dinding Ka’bah, batu inilah yang berfungsi sebagai pijakan. Dengan izin Allah, batu ini dapat naik dan turun layaknya lift, memudahkan Nabi Ibrahim menyelesaikan bangunan suci tersebut. Karena kelembutan batu ini atas izin Allah, telapak kaki beliau pun membekas di atasnya.
Perintah Allah dalam Al-Qur’an
Dasar utama kemuliaan Maqam Ibrahim datang langsung dari firman Allah SWT di dalam Surat Al-Baqarah, ayat 125:
“…Dan jadikanlah sebagian Maqam Ibrahim sebagai tempat shalat…”
Ayat ini secara tegas memerintahkan kita untuk menjadikan area di sekitar Maqam Ibrahim sebagai tempat shalat, menjadikannya salah satu tempat mustajab di Masjidil Haram.
Salah Satu Permata dari Surga
Dalam beberapa riwayat, disebutkan bahwa batu Maqam Ibrahim, bersama dengan Hajar Aswad, adalah yaqut atau batu permata yang diturunkan dari surga.
Panduan Amalan Sunnah di Maqam Ibrahim
Amalan Utama: Shalat Sunnah Dua Rakaat Setelah Thawaf
Sesuai dengan perintah dalam Al-Qur’an, amalan sunnah yang paling dianjurkan di sini adalah melaksanakan shalat sunnah dua rakaat.
- Waktu: Shalat ini dilaksanakan setelah Anda menyelesaikan tujuh putaran thawaf.
- Posisi: Posisi yang paling utama adalah shalat persis di belakang Maqam Ibrahim, sehingga Maqam tersebut berada di antara Anda dan Ka’bah.
- Bacaan: Disunnahkan membaca Surat Al-Kafirun pada rakaat pertama dan Surat Al-Ikhlas pada rakaat kedua setelah Al-Fatihah.
Tempat Mustajab untuk Berdoa
Setelah selesai melaksanakan shalat sunnah, waktu tersebut adalah momen yang sangat mustajab untuk berhenti sejenak dan memanjatkan doa-doa pribadi Anda dengan penuh kekhusyukan.
Adab Penting yang Harus Dijaga (Peringatan)
Ini adalah bagian yang sangat penting untuk menjaga kemurnian akidah Anda:
- Jangan Mengusap atau Mencium: Peringatan keras untuk tidak mengusap-usap, mencium, apalagi meratapi bangunan Maqam Ibrahim. Perbuatan ini tidak pernah dicontohkan oleh Rasulullah SAW dan dapat menjurus kepada bid’ah (amalan yang diada-adakan) atau bahkan kesyirikan.
- Fleksibilitas Lokasi Shalat: Jika area persis di belakang Maqam sangat padat, Anda boleh dan tetap sah untuk melaksanakan shalat sunnah thawaf di area mana pun di dalam Masjidil Haram. Menjaga keselamatan dan tidak mengganggu jemaah lain adalah prioritas.
Meneladani Jejak Sang Kekasih Allah
Maqam Ibrahim bukanlah objek untuk dikultuskan, melainkan sebuah monumen spiritual yang agung. Ia adalah pengingat abadi akan ketaatan, pengorbanan, dan jejak langkah Sang Kekasih Allah (Khalilullah), Nabi Ibrahim AS.
Cara terbaik kita memuliakannya adalah dengan mengikuti perintah Al-Qur’an: menjadikannya sebagai tempat shalat dan mengambil pelajaran dari kisahnya, bukan dengan melakukan amalan yang tidak ada tuntunannya.